Senin, 21 April 2014

KATA KATA MUTIARA R.A KARTINI


“Banyak hal yang bisa menjatuhkanmu. Tapi satu – satunya hal yang benar – benar dapat menjatuhkanmu adalah sikapmu sendiri”.
“Saat membicarakan orang lain , Anda boleh saja menambahkan bumbu, tapi pastikan bumbu yg baik.”
“Tidak ada sesuatu yang lebih menyenangkan, selain menimbulkan senyum di wajah orang lain, terutama wajah yang kita cintai.”
“Jangan mengeluhkan hal – hal buruk yang datang dalam hidupmu. Tuhan tak pernah memberikannya, kamulah yang membiarkannya datang.”
“Teruslah bermimpi, teruslah bermimpi, bermimpilah selama engkau dapat bermimpi! Bila tiada bermimpi, apakah jadinya hidup! Kehidupan yang sebenarnya kejam.”
“Tahukah engkau semboyanku? Aku mau! 2 patah kata yang ringkas itu sudah beberapa kali mendukung dan membawa aku melintasi gunung keberatan dan kesusahan. Kata “Aku tiada dapat!” melenyapkan rasa berani. Kalimat “Aku mau!” membuat kita mudah mendaki puncak gunung.”
“Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.”
“Lebih banyak kita maklum, lebih kurang rasa dendam dalam hati kita. Semakin adil pertimbangan kita dan semakin kokoh dasar rasa kasih sayang. Tiada mendendam, itulah bahagia.”
“Ikhtiar! Berjuanglah membebaskan diri. Jika engkau sudah bebas karena ikhtiarmu itu, barulah dapat engkau tolong orang lain.”
“Terkadang, kesulitan harus kamu rasakan terlebih dulu sebelum kebahagiaan yang sempurna datang kepadamu.”
“Jangan pernah menyerah jika kamu masih ingin mencoba. Jangan biarkan penyesalan datang karena kamu selangkah lagi untuk menang.”
“Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu, meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan rasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri.”
“Tak peduli seberapa keras kamu mencoba, kamu tak akan pernah bisa menyangkal apa yang kamu rasa. Jika kamu memang berharga di mata seseorang, tak ada alasan baginya untuk mencari seorang yang lebih baik darimu.”
“Saat suatu hubungan berakhir, bukan berarti 2 orang berhenti saling mencintai. Mereka hanya berhenti saling menyakiti.”
“Tetapi sekarang ini, kami tiada mencari penglipur hati pada manusia. Kami berpegangan teguh-teguh pada tangan-Nya. Maka hari gelap gulita pun menjadi terang, dan angin ribut pun menjadi sepoi-sepoi.”
“Adakah yang lebih hina, daripada bergantung kepada orang lain?”
“Salah satu daripada cita cita yang hendak kusebarkan ialah: Hormatilah segala yang hidup, hak-haknya, perasaannya, baik tidak terpaksa baik pun karena terpaksa. Haruslah juga segan menyakiti mahkluk lain, sedikitpun jangan sampai menyakitinya. Segenap cita – citanya kita hendaklah menjaga sedapat – dapat yang kita usahakan.  Supaya semasa mahkluk itu terhindar dari penderitaan, dan dengan jalan demikian menolong memperbagus hidupnya: Dan lagi ada pula suatu kewajiban yang tinggi murni, yaitu “terima kasih” namanya.”
“Karena ada bunga mati, maka banyaklah buah yang tumbuh. Demikianlah pula dalam hidup manusia. Karena ada angan – angan muda mati, kadang – kadang timbullah angan – angan lain, yang lebih sempurna, yang boleh menjadikannya buah.”
“Sepanjang hemat kami, agama yang paling indah dan paling suci ialah Kasih Sayang. Dan untuk dapat hidup menurut perintah luhur ini, haruskah seorang mutlak menjadi Kristen? Orang Buddha, Brahma, Yahudi, Islam, bahkan orang kafir pun dapat hidup dengan kasih sayang yang murni.” (dalam salah satu kalimat isi suratnya kepada sahabatnya Ny. Abendanon di Belanda, tahun 1902)
“Habis gelap terbitlah terang”


SELAMAT HARI KARTINI

Raden Ajeng Kartini, Indonesia’s Leading Feminist of Women’s Emancipation


Ibu Kita Kartini
Penggubah: WR Supratman
ibu kita Kartini, putri sejati
putri Indonesia, harum namanya

ibu kita Kartini, pendekar bangsa
pendekar kaumnya untuk merdeka

wahai ibu kita Kartini
putri yang mulia
sungguh besar cita-citanya
bagi Indonesia
ibu kita kartini, putri jauhari
putri yang berjasa seindonesia
wahai ibu kita kartini
putri yang mulia
sungguh besar cita-citanya bagi indonesia


Raden Ajeng Kartini was a leading feminist of women emancipation in Indonesia who was born on 21 April 1879 in Jepara, Central Java.

R.A. Kartini was born to an aristocratic Javanese family. Her father, Raden Mas Sosroningrat, was the mayor of Jepara. Her mother, M.A. Ngasirah, was his father’s first wife. At that time, polygamy was a common practice among the nobility.

During that period, women received little or no education at all. Women would end up giving birth and stay in the kitchen all the time. Kartini rebelled in her quiet way against this injustice and inspired the women of her nation to achieve more than what the society allowed them.

Kartini went to a Dutch school (Europese Lagere School) where she learnt to speak Dutch fluently, which was unusual for Javanese women at the time. But when she was 12 years old, her father prohibited her from continuing her studies because of the tradition. A noble girl was not allowed to have a higher education; she had to be secluded at home. This was a common practice among Javanese nobility, to prepare young girls for their marriage. The girls were not allowed to go out at all until they were married, when authority over them was transferred to their husbands.

During her seclusion, Kartini's father gave her certain privileges such as embroidery lessons and occasional appearances in public for special events. She learned by herself at home and spent her times reading books. She was very concerned about women’s education in Indonesia. From the books, newspapers, and European magazines that she read, she was very interested in European women’s way of thinking. She determined to enhance the education of Indonesian women. Kartini then established a school especially for women where she taught how to read and write as well as other important skills.

Kartini sometimes discussed the issues together with a Dutch couple, the Ovinks, whom were amazed with Kartini's fluency in Dutch. Kartini had a book to read from Mrs. Ovink and started to correspondence with pen friends in the Netherlands.

One of her pen friends, Rosa Abendanon, was her close supporter. In her letter, Kartini always discussed feminist matters and revealed her dream of equality between men and women in Indonesia. Kartini always discussed feminist matters and revealed her dream of equality between men and women in Indonesia.

Later on, Kartini insisted to continue her studies although her father didn’t approve it. Kartini then wrote a letter, asking for a scholarship to study in the Netherlands, to the Education and Culture Director, Mr. J.H Abendanon, who sent her a very promising reply.

However, Kartini didn’t have a chance to use her scholarship for her parents married her to the mayor of Rembang who already had three wives. It was against Kartini's sensibility but she eventually agreed to please her ailing father. After the marriage, Kartini followed her husband, Raden Adipati Joyodiningrat, to Rembang, Central Java.

In Rembang, Kartini continued her correspondence with her pen friends in The Netherlands. Supported by her husband, Kartini established a school for women in complex area of Rembang District Office.

Kartini gave birth to her only son, RM Soesalit, on 13 September 1904. Unfortunately, Kartini passed away several days later on 17 September 1904 at the age of 25. She was buried in Bulu Village, Rembang.

Following Kartini’s death, Mr. J.H Abendanon published a book called “Door Duisternis Tot Licht” (Through Darkness to Light) which consists of the collection of Kartini’s letters to her friends in Netherlands.

To honor Kartini’s effort, a school for women was built by Kartini Foundation in Semarang in 1912, which was followed by a number of schools in Surabaya, Yogyakarta, Malang, Madiun, Cirebon, and others.

In 1964, President Soekarno stated Kartini as Indonesian Heroine and set Kartini’s birthday, 21 April, as the Indonesia National Day (Kartini's Day).



Happy Kartini's Day

ARTI DAN LAMBANG RAMBU LALU LINTAS JALAN

Rambu lalu lintas merupakan salah satu dari perlengkapan jalan yang dapat berupa lambang, huruf, angka, kalimat atau perpaduan di antaranya yang berfungsi sebagai peringatan, larangan, perintah atau petunjuk bagi pemakai jalan.

Kita sebagai pemakai jalan, apakah seorang pengendara mobil, sepeda motor, atau pejalan kaki sudah seharusnya mematuhi setiap rambu lalu lintas di jalan untuk keamanan bersama. Untuk mematuhi rambu lalu lintas tersebut, terlebih dahulu kita harus memahami dan mengetahui arti dari rambu-rambu lalu lintas.

Misalnya, rambu dengan lambang huruf "P" dicoret dalam lingkaran merah, artinya kita tidak boleh parkir di tempat rambu tersebut berada. Nah, berikut gambar-gambar rambu lalu lintas beserta artinya.

I. RAMBU PERINGATAN

Rambu jenis ini digunakan untuk memberi peringatan kemungkinan ada bahaya atau tempat berbahaya di depan pengguna jalan. Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan lambang atau tulisan berwarna hitam.
RAMBU PERINGATAN

RAMBU PERINGATAN
RAMBU PERINGATAN

RAMBU PERINGATAN

RAMBU PERINGATAN


II. RAMBU LARANGAN

Rambu Larangan menunjukkan perbuatan yang dilarang dilakukan oleh pemakai jalan. Warna dasar dari rambu jenis ini adalah berwarna putih dan lambang atau tulisan berwarna hitam atau merah.
RAMBU LARANGAN

RAMBU LARANGAN

RAMBU LARANGAN
RAMBU LARANGAN

III. RAMBU PERINTAH

Rambu ini menyatakan perintah yang harus dilakukan oleh pemakai jalan. Rambu perintah berbentuk bundar berwarna biru dan lambang atau tulisan berwarna putih serta merah untuk garis serong sebagai batas akhir perintah.
RAMBU PERINTAH
RAMBU PERINTAH


IV. RAMBU PETUNJUK
  • Rambu pendahulu petunjuk jurusan, rambu petunjuk jurusan dan rambu penegas jurusan yang menyatakan petunjuk arah untuk mencapai tujuan antara lain kota, daerah atau wilayah serta rambu yang menyatakan nama jalan dinyatakan dengan warna dasar hijau dengan lambang atau tulisan warna putih.
  • Rambu petunjuk jurusan menggunakan huruf kapital pada huruf pertama, selanjutnya menggunakan huruf kecil atau seluruhnya menggunakan huruf kapital atau huruf kecil.
  • Khusus rambu petunjuk jurusan kawasan dan objek wisata dinyatakan dengan warna dasar coklat dengan lambang atau tulisan warna putih
  • Rambu petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas wilayah suatu daerah, situasi jalan, dan rambu berupa kata-kata serta tempat khusus dinyatakan dengan warna dasar biru.

RAMBU PETUNJUK
RAMBU PETUNJUK

RAMBU PETUNJUK
RAMBU PETUNJUK

RAMBU PETUNJUK


V. PAPAN TAMBAHAN

A. Papan tambahan digunakan untuk memuat keterangan yang diperlukan untuk menyatakan hanya berlaku untuk waktu-waktu tertentu, jarak-jarak dan jenis kendaraan tertentu atau perihal lainnya sebagai hasil manajemen dan rekayasa lalu lintas.

B. Papan tambahan ditempatkan dengan jarak 5 sentimeter sampai dengan 10 sentimeter dari sisi terbawah daun rambu dengan ketentuan lebar papan tambahan secara vertikaltidak melebihi sisi daun rambu.

C. Persyaratan papan tambahan:
  • Papan tambahan menggunakan warna dasar putih dengan tulisan dan bingkai berwarna hitam.
  • Papan tambahan tidak boleh menyatakan suatu keterangan yang tidak berkaitan dengan rambunya sendiri.
  • Pesan yang termuat dalam papan tambahan harus bersifat khusus, singkat, jelas dan mudah serta cepat dimengerti oleh pengguna jalan
  • Ukuran perbandingan papan tambahan antara panjang dan lebar adalah 1 : 2.
PAPAN TAMBAHAN
PAPAN TAMBAHAN


VI. RAMBU NOMOR RUTE
RAMBU NOMOR RUTE


Disunting dari Faisal Affandi yang diunggah di Scribd

Minggu, 20 April 2014

KUMPULAN LAGU LEGENDARIS PRAMUKA


Tidak sedikit para pramuka yang telah akrab dengan lagu-lagu ini. Namun ada pula anggota pramuka yang belum memiliki file lagu ini bahkan belum pernah mendengarnya.
Lagu-lagu pramuka legendaris ini telah menemani berbagai kegiatan kepramukaan baik di tingkat gugus depan, hingga di tingkat nasional.

Berikut beberapa judul lagu Pramuka Legendaris beserta link downoadnya :


1
Alam Bebas
2
Anak Desa
3
Apa Guna Keluh Kesah
4
Apa Kabar
5
Api Unggun
6
Ayo Jalan
7
Bedug Agung
8
Berkemah
9
Cinta Negeri
10
Dasa Dharma Pramuka
11
Dayung Mendayung
12
Di Bawah Langit Malam
13
Di Sana Senang Di Sini Senang
14
Di Sini Bertemu
15
Dunia Kami
16
Elik-elik Kapuana
17
Gema
18
Gembira Berkumpul
19
Gembira Senantiasa
20
Gerak Pramuka
21
Good Bye
22
Hymne Pramuka
23
Indah Api Merah
24
Kami Riang
25
Karapan Sape
26
Lagu Merdu
27
Lawan Sukar
28
Many Land One Word
29
Mars Jayalah Pramuka
30
Nyahin Alaq
31
Pantun 1234
32
Pantun Pramuka
33
Pemimpin Regu
34
Pengakuan
35
Pisah Hanya Di Lahirnya
36
Praja Muda Karana
37
Pramuka Indonesia
38
Pramuka Mandiri
39
Riangkan Kawan
40
Sedikit Bicara Banyak Bekerja
41
Tiba Saat Berpisah
42
Satya Dharma Pramuka


Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More